Pojok Opini | Hari Pers Nasional : Antara Idealisme Vs Realitas

ilustrasi jurnalis

habarkotabaru.com - Hari Pers Nasional yang diperingati setiap tahun adalah sebuah momentum dimana dunia jurnalistik masih tetap dianggap ada. 

Momentum yang seharusnya bisa menguatkan posisi tawar profesi wartawan atau jurnalis sebagai pilar keempat demokrasi. 

Profesi wartawan atau jurnalis yang dianggap sebagai pembawa pesan informasi kepada masyarakat memiliki sebuah "power" dilindungi oleh undang-undang. Sebuah kekuatan dalam negara yang berasaskan hukum. 

Maraknya perkembangan portal berita di jaman digital ini membuat informasi sangat mudah dan cepat disebar dan diterima masyarakat. 

Pentingnya insan pers dalam mengawal demokrasi dan birokrasi bukan hanya sebagai corong tetapi juga sebagai lorong kritik yang konstruktif yang harus mampu memberikan warna tersendiri dalam membalance hiruk pikuknya alam demokrasi. 

Peran wartawan atau jurnalis dalam era digital masih sangat besar. Produk jurnalistik masih mampu memberikan rambu-rambu peringatan dalam upaya memberikan informasi yang berimbang dimasyarakat. 

Idealisme insan pers masih terjaga meski hampir tergerus oleh realita kehidupan wartawan itu sendiri yang kadang harus jatuh bangun untuk memenuhi kebutuhan "ruang tengah" hidupnya. 

Wartawan yang memiliki integritas kadang harus berhadapan dengan sebuah kenyataan yang hampir mengekangnya. Ancaman pelanggaran undang-undang IT dan kriminalisasi menghantui profesi mulia jurnalis. 

Idealisme harus berhadapan dengan realitas di lapangan. Tak sedikit profesi mulia ini hanya untuk sebuah identitas demi sebuah kehidupan. Tak bisa dipungkiri hal itu banyak terjadi. 

Aspek kehidupan dan tantangan masih menjadi momok yang sulit ditaklukan. 

Profesi wartawan atau jurnalis memiliki nilai yang tinggi sebagai penyampai informasi. Kemampuan dalam meng upgrade diri dalam upaya peningkatan skill masih berada di fase biasa-biasa saja. 

Peningkatan intelegensi bagi insan pers juga sudah saatnya ditingkatkan sesuai kemajuan jaman. 

Seorang wartawan bukan hanya bisa melihat satu sudut dari sebuah informasi namun mampu melihat sudut sempit dari sebuah informasi. 

Tidak ada wartawan yang berani tapi yang ada adalah wartawan yang memiliki kemampuan  untuk mengolah sebuah data menjadi sebuah informasi yang valid. 

Dan tidak ada wartawan pengecut yang ada hanya kurang dalam menggali sebuah informasi. 

Wartawan bukan sebuah ancaman dan tidak perlu dianggap sebagai musuh yang harus disingkirkan. Selama informasi yang diberikan ke masyarakat memiliki data dan sumber yang jelas sudah seharusnya menjadi informasi bagi pemegang kekuasaan untuk menindaklanjuti untuk sebuah perbaikan bukan malah diintimidasi. 

Momentum Hari Pers Nasional sudah selayaknya menjadi pintu gerbang "kemerdekaan" bagi insan pers sebagai pilar keempat demokrasi di Indonesia. Jangan dikebiri apalagi dikriminalisasi. Pers adalah sebuah profesi tua yang sudah ada sejak sebelum kemerdekaan republik ini. Berjuang melalui jari, mata dan telinga untuk memberikan sebuah informasi demi kebaikan negeri. 

Semoga momentum Hari Pers Nasional untuk kemaslahatan negeri bukan untuk kepentingan pribadi. Idealisme bisa berjalan seiring dengan realitas tanpa harus mematikan integritas. (red)

Penulis : Dedy Amirullah (Pimpinan Redaksi habarkotabaru.com) 

Pojok Opini | Hari Pers Nasional : Antara Idealisme Vs Realitas Pojok Opini | Hari Pers Nasional : Antara Idealisme Vs Realitas Reviewed by Habar Kotabaru on Minggu, Februari 09, 2025 Rating: 5

Tidak ada komentar

Random Posts

5/random/post-list